Kamis, 16 September 2010

tumbuhan nipah

STUDI ETNOBOTANI NIPAH (Nypa fruticans Wurmb.)


Afnidar

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang studi etnobotani nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Kabupaten Aceh Barat yang berlangsung di empat kecamatan yaitu Kecamatan Meureubo, Johan Pahlawan, Samatiga dan Arongan Lambalek dari bulan Desember 2007 sampai bulan Mei 2008. Metode yang digunakan adalah metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dan survei eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga organ tumbuhan nipah yang dimanfaatkan yaitu organ daun, bunga dan buah. Organ tumbuhan nipah yang paling banyak digunakan adalah organ daun dan yang paling sedikit digunakan adalah organ bunga. Tumbuhan nipah yang dimanfaatkan sebagai pembungkus tembakau sebanyak 98% responden, kerajinan tangan sebanyak 68% responden, sumber makanan sebanyak 25% responden, dan obat-obatan sebanyak 3% responden. Hasil kerajinan tangan berupa rengkan, sangkak ayam dan sapu, sedangkan sumber makanan yang dihasilkan berupa buah segar, kolang-kaling dan manisan serta obat-obatan berupa obat sariawan, obat batuk dan obat batu karang.
Kata kunci : Etnobotani, Nypa fruticans Wurmb., Kabupaten Aceh Barat.

Abstract. This research on ethnobotanical study of nipah (Nypa fruticans Wurmb.) in West Aceh District was carried out from December 2007 until May 2008.There are four subdistricts for conductig this research, i.e: Meureubo, Johan Pahlawan, Samatiga, and Arongan Lambalek. PRA (Participatory Rural Appraisal) and explorative survey were used to collect the data. The result shows that there are three organs of nipah are being used by the local people of West Aceh District, i.e: leaf, flower and fruit. Leaf is the most organ that beig used while flower is the least. 98% respondent use nipah for tabacco wrapper. 68% respondent use nipah for making handicraft, such as, rengkan, sangkak and broom. There was only 3% respondent use nipah as herbal medicines for sariawan, cough and kidney diseases. In addition, there is 25% respondent use nipah as fresh food such as kolang-kaling and sweets.
Key words : Ethnobotany, Nypa fruticans Wurmb., West Aceh District.



I. PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan berbagai jenis palem, diperkirakan ada sekitar 460 jenis palem yang termasuk dalam 35 genus dan tersebar di wilayah Indonesia. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah mengingat masih luasnya daerah yang belum diinventarisasi [1].

Palem termasuk tumbuhan yang penggunaannya sangat luas. Buahnya digunakan sebagai bahan pangan, obat-obatan dan minyak. Batang dan tangkai daunnya digunakan dalam pembuatan perabotan, bangunan rumah dan perahu. Daunnya digunakan sebagai atap, tikar dan pakaian sedangkan ijuknya digunakan untuk membuat sapu [2].
Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) adalah sejenis palem yang daunnya dikeringkan sebagai bahan atap, dinding dan berbagai anyaman. Daunnya yang muda dapat dijadikan pembungkus tembakau. Nipah dapat pula disadap niranya, nira nipah dapat pula dijadikan gula, pucuk nipah dan buah yang muda dapat dimakan [3].

Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam memanfaatkan tumbuhan nipah secara tradisional dalam kehidupannya. Demikian pula yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat, yang ditandai dengan adanya barang yang dihasilkan dari daun nipah seperti pembungkus tembakau untuk rokok tradisional. Informasi mengenai kegunaan lainnya dari tumbuhan nipah adalah sebagai obat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kegunaan dari tumbuhan nipah yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.

II. METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat yaitu di Kecamatan Meureubo, Johan Pahlawan, Samatiga dan Arongan Lambalek pada bulan Desember 2007 sampai Mei 2008.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk wawancara dan metode survei eksploratif untuk menghitung kerapatan jenis dari tumbuhan nipah. Metode PRA yaitu proses pengkajian yang berorientasi pada keterlibatan dan peran masyarakat secara aktif dalam penelitian melalui wawancara semi struktural yang berpedoman pada sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan [4].

Parameter Penelitian
1. Bagian-bagian tumbuhan nipah yang digunakan.
2. Jenis barang yang dihasilkan dari tumbuhan nipah.
3. Proses pembuatan jenis barang yang dihasilkan dari tumbuhan nipah.
4. Kegunaan tumbuhan nipah sebagai obat.
5. Kerapatan tumbuhan nipah.

Prosedur Kerja
1. Etnobotani tumbuhan nipah
Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling (cuplikan disengaja) di 4 kecamatan yang terpilih di Kabupaten Aceh Barat yaitu Kecamatan Samatiga, Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, dan Meureubo. Setiap kecamatan dipilih sebanyak 50% dari seluruh desa yang memiliki lahan nipah. Setiap desa yang terpilih dari masing-masing kecamatan dipilih 4 kelompok responden untuk dilakukan wawancara yaitu:
a. Kepala desa
b. 1 orang tokoh masyarakat atau ketua adat
c. 3 orang masyarakat perajin nipah
d. 5 orang petani nipah

2. Kerapatan jenis tumbuhan nipah
Untuk mendapatkan kerapatan tumbuhan nipah di setiap desa yang terpilih ditetapkan petak kuadrat dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 10 m sepanjang garis transek yang ditarik sepanjang lahan nipah. Petak kuadrat diletakkan di kiri dan di kanan pada garis transek secara selang seling. Jarak antar petak kuadrat pada garis transek sepanjang 10 m. Kemudian dihitung semua jumlah tumbuhan nipah yang terdapat dalam petak kudrat tersebut baik nipah dewasa maupun nipah muda. Nipah dewasa adalah tumbuhan yang telah memiliki organ generatif yaitu bunga, buah dan biji. Sedangkan nipah muda adalah tumbuhan yang memiliki organ vegetatif yaitu akar, batang dan daun.






Keterangan :
I, I dan III : Plot
L : Garis transek

Gambar 3.1 Peletakan plot pada areal pengamatan


Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan gambar. Sedangkan untuk kerapatan tumbuhan nipah dianalisis berdasarkan Michael (1981), dengan menghitung:
Ki =
Ki : Kerapatan jenis.
ni : Jumlah total individu satu jenis.
A : Luas total area petak kuadrat pengamatan.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Organ Tumbuhan Nipah yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis organ tumbuhan nipah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Barat. Ketiga organ tumbuhan nipah yang dimanfaatkan yaitu daun, bunga dan buah. Informasi yang diperoleh dari sejumlah 110 orang responden bahwa organ daun yang digunakan adalah pelepah, daun muda, helaian anak daun, dan tulang anak daun. Jumlah dan persentase responden yang menggunakan organ tumbuhan nipah pada setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1Persentase responden yang memanfaatkan organ-organ tumbuhan nipah di Kabupaten Aceh Barat


No.
Kecamatan Daun (%)
Bunga (%)
Buah (%) Total respoden
Pelepah Daun muda Helaian anak daun Tulang anak daun
1. Meureubo - 100 - 65 - 20 20
2. Johan Pahlawan -
100 - 62,5 - 22,5 40
3. Samatiga 2,5 97,5 5 70 2,5 27,5 40
4. Arongan Lambalek - 100 - 60 - 30 10
Total responden 110

Daun merupakan organ yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. Bagian organ daun yang paling banyak digunakan adalah daun muda. Hal ini disebabkan karena hampir semua masyarakat pada empat kecamatan terpilih di Kabupaten Aceh Barat memanfaatkan daun muda. Bagian organ daun yang paling sedikit dimanfaatkan adalah pelepah, karena pelepah hanya dimanfaatkan oleh masyarakat di Kecamatan Samatiga.

Pemanfaatan organ tumbuhan nipah paling banyak digunakan di Kecamatan Samatiga, hal ini disebabkan karena pada kecamatan tersebut mayarakat setempat memanfaatkan semua organ tumbuhan nipah seperti daun, bunga dan buah. Pemanfaatan tumbuhan nipah yang paling sedikit adalah di Kecamatan Arongan Lambalek karena di Kecamatan tersebut masyarakat hanya memanfaatkan dua organ tumbuhan nipah yaitu buah dan daun.

Tumbuhan nipah lebih banyak terdapat di Kecamatan Johan Pahlawan, tetapi masyarakat setempat hanya memanfaatkan dua organ tumbuhan nipah saja. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat hal ini disebabkan karena tumbuhan nipah yang tumbuh di Kecamatan Johan Pahlawan kurang baik untuk dimanfaatkan khususnya organ daun, karena daun yang lebih tebal dan pendek sehingga kurang baik untuk pembuatan pembungkus tembakau.

Tumbuhan nipah yang tumbuh di Kecamatan Meureubo dan Arongan Lambalek sangat sedikit. Informasi yang diperoleh dari masyarakat bahwa setelah bencana tsunami masyarakat setempat memanfaatkan lahan nipah sebagai lahan tambak, sehingga jumlah pertumbuhan tumbuhan nipah berkurang dan masyarakat setempat kurang memanfaatkan tumbuhan nipah.













2. Manfaat Tumbuhan Nipah yang Digunakan Oleh Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa organ tumbuhan nipah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai pembungkus tembakau, kerajinan tangan, sumber makanan, dan obat-obatan. Kerajinan tangan yang dihasilkan berupa rengkan, sangkak ayam, dan sapu lantai. Pemanfaatan sebagai sumber makanan berupa buah mentah, kolang-kaling dan manisan kolang-kaling, sedangkan pemanfaatan sebagai obat-obatan berupa obat sariawan, obat batuk, dan obat batu karang.

Proses pemanfaatan dari tumbuhan nipah adalah sebagai berikut:

A. Pembungkus Tembakau
Daun nipah muda yang masih menguncup yang panjangnya bisa mencapai 3 - 4 m dimanfaatkan sebagai pembungkus tembakau untuk rokok tradisional (rukok ôn) (Gambar 4.1). Daun nipah muda tersebut dipotong pada bagian sirip daunnya sehingga menghasilkan helaian anak daun. Bagian permukaan atas permukaan atas daun dikelupas setipis mungkin. Bagian yang telah dikelupas, dijemur sampai kering membentuk gulungan-gulungan kecil. Setelah kering diikat dan dipotong kira-kira 8 - 10 cm. Pembungkus tembakau selain berguna sebagai pengganti rokok tembakau, masyarakat Kabupaten Aceh Barat juga memanfaatkannya untuk mengurangi rasa asin pada masakan.






Gambar 4.1 Pembungkus tembakau

Di Pulau Jawa daun pelindung buah jagung dan daun aren yang belum terbuka juga digunakan sebagai pembungkus tembakau [5]. Pembungkus tembakau merupakan hasil yang paling utama dari tumbuhan nipah, sehingga masyarakat Kabupaten Aceh Barat lebih banyak memanfaatkan tumbuhan nipah sebagai pembungkus tembakau.

B. Barang Kerajinan Tangan

1. Rengkan
Rengkan adalah sebuah wadah yang biasanya terbuat dari suatu organ tanaman yang dianyam, permukaan atasnya terbuka. Tulang anak daun (lidi) nipah yang masih muda diambil dari sisa daun pembuatan pembungkus tembakau dapat dimanfaatkan untuk rengkan (Gambar 4.2). Daun tersebut dibersihkan dan diambil bagian tulang anak daunnya. Untuk 1 buah rengkan dibutuhkan 175 lidi, lalu dibagi menjadi 7 bagian yang terdiri dari 25 lidi. Bagian-bagian lidi tersebut diletakkan menyilang membentuk lingkaran dan diikat dengan tali agar tidak lepas. Tujuh bagian tadi dipisahkan menjadi 5 bagian, lalu dianyam atau dililitkan membentuk lingkaran dan dirapikan. Bagian belakangnya dianyam lagi membentuk lingkaran sebagai tempat dudukannya. Sisanya dikucirkan dan dililitkan pada sisi dudukan rengkan.






Gambar 4.2 Rengkan
Masyarakat Kabupaten Aceh Barat menggunakan rengkan sebagai tempat untuk mengalasi kuali atau wajan masakan. Selain itu rengkan dapat juga digunakan sebagai tempat untuk meletakkan bumbu-bumbu masakan dan buah-buahan. Potensi dari pohon nipah dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan (anyaman), cara pembuatan anyaman sama halnya seperti bahan dari rotan yaitu keranjang, alas periuk, dan bakul kecil [6].

2. Sangkak ayam
Helaian anak daun nipah yang masih muda yang diambil dari sisa daun pembuat rokok dapat dimanfaatkan sebagai sangkak ayam (Gambar 4.3). Beberapa helaian anak daun yang telah diambil lalu dianyam secara selang-seling hingga membentuk persegi empat. Pada setiap ujungnya diikat dengan tali rafia agar tidak lepas. Masyarakat memanfaatkan sangkak ayam sebagai tempat untuk ayam bertelur mengerami telurnya.










Gambar 4.3 Sangkak ayam

3. Sapu lantai
Pelepah dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat sapu lantai. Pelepah daun nipah ditumbuk sampai hancur dan dijemur sampai kering. Setelah kering pelepah tersebut diikat pada kayu sebagai tangkai atau gagangnya dengan menggunakan tali atau rotan. Pembuatan sapu dapat digunakan dari bahan serat sabuk kelapa [7]. Sapu juga dapat diperoleh dari serat ijuk aren yang mempunyai serat yang baik dan panjang [6].

C. Sumber Makanan

1. Buah segar
Buah nipah yang masih muda (Gambar 4.4) dan berwarna cokelat muda dapat dimakan secara mentah oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Buah nipah yang masih lunak atau muda dapat dimakan mentah. Masyarakat setempat juga menjelaskan bahwa memakan buah nipah dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan perut kembung [5].







Gambar 4.4 Buah nipah
2. Kolang-kaling dan manisan
Buah nipah berbentuk oval dan berwarna coklat. Buah nipah yang masih mengkal dapat dimanfaatkan sebagai kolang-kaling dan manisan. Kolang-kaling adalah salah satu makanan yang sering dijumpai pada bulan Ramadhan. Buah nipah yang masih mengkal dikupas kulitnya dan diambil bijinya lalu dibersihkan dan direndam dalam air. Buah nipah yang masih setengah masak dapat dimakan seperti halnya kolang-kaling dan diolah menjadi manisan. Kolang-kaling yang telah direbus dengan air, kemudian dimasak dengan gula [6]. Buah nipah yang setengah masak dapat dibuat manisan seperti halnya buah aren [5]. Kolang kaling juga dapat dihasilkan dari buah aren yang masih muda dan merupakan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat [6].
D. Obat-Obatan

1. Obat sariawan
Tulang anak daun nipah yang masih muda dapat mengobati sariawan atau sakit tenggorokan dengan menggigit tulang daun tersebut dan menghisap airnya. Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun dan sebagai berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkut zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah dan pengangkutan hasil asimilasi [8].

2. Obat batuk
Pucuk daun muda yang masih menguncup dapat berguna sebagai obat batuk. Pucuk daun tersebut dimemarkan dan ditumbuk lalu diperas airnya, kemudian air perasan tersebut dicampur dengan madu dan diminum. Daun merupakan tempat pengolahan zat organik dengan bantuan cahaya matahari sehingga di dalam daun terdapat zat-zat kimia yang berkhasiat sebagai obat [8].

3. Obat batu karang
Bunga nipah (Gambar 4.5) merupakan salah satu organ tumbuhan nipah yang dapat mengobati penyakit batu karang. Tetapi tidak ada informasi yang jelas tentang cara meramu bunga nipah sebagai obat batu karang.















Gambar 4.5 Bunga nipah
3. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Manfaat dari Tumbuhan Nipah

Berdasarkan hasil wawancara dengan 110 responden yang terdiri dari 11 orang kepala desa, 11 orang ketua adat, 33 orang perajin tumbuhan nipah, dan 55 orang petani nipah, dengan usia responden berkisar antara 19 sampai 59 tahun. Informasi yang diperoleh bahwa responden lebih banyak mengetahui pemanfaatan dari tumbuhan nipah sebagai pembungkus tembakau dari pada pemanfaatannya sebagai obat-obatan. Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat hanya sedikit yang mengetahui manfaat tumbuhan nipah sebagai sumber makanan dan obat-obatan, dan belum ada masyarakat setempat yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan nipah dari segi budaya (Gambar 4.6).












Gambar 4.6 Persentase responden yang memanfaatankan tumbuhan nipah di Kabupaten Aceh Barat.

Masyarakat Kabupaten Aceh Barat lebih banyak mengetahui kegunaan tumbuhan nipah sebagai pembungkus tembakau sebanyak 98%. Hal ini disebabkan karena masyarakat setempat lebih banyak mengetahui cara pemanfaatan salah satu bagian organ tumbuhan nipah sebagai pembungkus tembakau. Masyarakat yang mengetahui pemanfaatan tumbuhan nipah sebagai obat-obatan hanya berkisar 3%. Hal ini disebabkan karena masyarakat setempat masih kurang mengetahui pemanfaatan tumbuhan nipah sebagai obat-obatan. Hilangnya pengetahuan tradisional tentang tumbuhan yang berkhasiat obat disebabkan masyarakat sudah mengandalkan obat-obatan modern sehingga pengobatan tradisional kurang dimanfaatkan lagi [9].

Informasi yang diperoleh tentang pemanfaatan organ tumbuhan nipah oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat berbeda-beda, yaitu menurut tingkat kelompok responden. Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan nipah sebagai pembungkus tembakau, kerajinan tangan, sumber makanan, dan obat-obatan sebagian besar diperoleh secara turun temurun. Menurut Pengetahuan tentang khasiat obat suatu jenis tumbuhan dan pemakaiannya sebagai obat diperoleh masyarakat setempat hanya dengan melihat atau mendengar dari orang tua secara turun temurun dan dari pengalaman orang lain disekitarnya [10].

4. Kerapatan Tumbuhan Nipah di Kabupaten Aceh Barat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 4 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat diperoleh jumlah total petak kuadrat adalah 44 dengan luas total area 4.400 m2. Tumbuhan nipah dipisahkan berdasarkan tahap pertumbuhannya yaitu nipah dewasa dan nipah muda. Tumbuhan nipah yang dewasa memiliki jumlah individu yang lebih banyak dibandingkan dengan nipah muda, jumlah nipah dewasa adalah 2563 dan nipah muda sebanyak 545 (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Kerapatan tumbuhan nipah di Kabupaten Aceh Barat

Kecamatan Jumlah nipah Jumlah petak kuadrat Kerapatan jenis/(Km2)
Dewasa muda Nipah dewasa Nipah muda
Meureubo 543 120 10 5430 1200
Johan Pahlawan 1052 145 15 7010 970
Samatiga 835 262 12 6960 2180
Arongan Lambalek 133 18 7 1900 260


Kerapatan tumbuhan nipah dewasa yang ditemukan di Kecamatan Meureubo yaitu 5430/Km2 dan kerapatan nipah muda 1200/Km2. Informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat setelah tsunami banyak lahan payau berubah fungsi menjadi lahan tambak untuk pemeliharaan ikan oleh masyarakat, sehingga sebagian lahan nipah berubah fungsi sebagai lahan tambak.

Kerapatan tumbuhan nipah dewasa di Kecamatan Johan Pahlawan yaitu 7010/Km2 dan nipah muda yaitu 970/Km2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat bahwa setelah bencana tsunami masyarakat setempat membiarkan tumbuhan nipah tumbuh di lahan payau tanpa terurus. Selanjutnya kegiatan masyarakat di Kecamatan ini beralih pada perkebunan khususnya perkebunan karet.

Kerapatan tumbuhan nipah dewasa di Kecamatan Samatiga yaitu 6960/Km2 sedangkan kerapatan nipah muda yaitu 2180/Km2. Masyarakat di Kecamatan ini juga memanfaatkan lahan payau sebagai lahan tambak untuk pemeliharaan ikan. Sebagian masyarakat membiarkan lahan payau tanpa terurus karena lahan payau tersebut sulit untuk dilalui.

Kecamatan Arongan Lambalek termasuk kawasan yang sangat parah terkena bencana tsunami termasuk lahan payaunya. Menurut informasi dari masyarakat sebelum bencana tsunami pada lahan payau banyak ditumbuhi pohon nipah, tetapi setelah bencana tsunami lahan payau tersebut hanya sedikit ditumbuhi pohon nipah, dan dibiarkan tanpa diurus dan dijaga. Sementara masyarakat beralih pada sektor perkebunan darat khususnya perkebunan karet, kelapa dan nilam.

IV. SIMPULAN

1. Organ tumbuhan nipah yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat adalah organ daun, bunga dan buah.
2. Tumbuhan nipah dimanfaatkan sebagai pembungkus tembakau, bahan kerajinan tangan, sumber makanan dan obat-obatan.
3. Tumbuhan nipah memiliki kerapatan jenis yang besar di Kecamatan Johan Pahlawan, sedangkan kerapatan jenis yang paling sedikit adalah di Kecamatan Arongan Lambalek.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Siregar, E. B. M. 2005. Inventarisasi Jenis Palem (Arecaceae) pada Kawasan hutan Dataran Rendah di Statiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosistem Leuser) Kabupaten Langkat. Artikel USU Repository. Diakses tanggal 27 Maret 2009.

[2] Kinnaird, M. F. 1997. Sulawesi Utara: Sebuah Panduan Sejarah Alam. GEF Biodiversity Collection Project, Jakarta.

[3] Anonimus. 2007a. Nipah. http://id.wikipedia.org/wiki/nipah Diakses tanggal: 15 Desember 2007.

[4] Martin, G. J. 1995. Ethnobotany. Chaman and Hall. London.

[5] Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Diterjemahkan oleh: Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

[6] Santoso, N., B. C. Nurcahya, A. F. Siregar, dan I. Farida. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. http://72.14.235. 104/imred.org/files/bukumakananmangrove.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2008.

[7] Suhardiyono, L. 1986. Tanaman Kelapa: Budidaya dan Manfaatnya. Kanisius, Yogyakarta.

[8] Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University, Yogyakarta.

[9] Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan. Artikel USU Repository. Lybriry.usu.ac.id/modules.pp?op=modload&name=downloads&file=index&req=getid&lid=1591. Diakses tanggal 15 September 2008.

[10] Sastroadmodjojo, S. 1988. Obat Asli Indonesia. LIPI. Balai Pustaka, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar